PENDAHULUAN
Infrastruktur fisik dan sosial adalah dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik
pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor
publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang
diperlukan agar
perekonomian dapat berfungsi dengan baik Istilah
ini umumnya merujuk kepada halinfrastruktur teknis
atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti
fasilitas antara lain dapat berupa jalan, kereta api ,air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengolahan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, pelabuham, jembatan secara fungsional, infrastruktur selain fasilitasi akan
tetapi dapat pula mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran produksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan transportasi pengiriman bahan baku sampai ke pabrik kemudian untuk
distribusi ke pasar hingga sampai kepada masyarakat.
Pembangunan infrastruktur sendiri dapat dilakukan dengan berbagai pola
antara lain:
Proyek Pemerintah Pusat/Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD. Pembangunannya
dilaksanakan oleh BUMN/BUMD/swasta. Sumber dananya bisa melalui: Rupiah murni,
atau Pinjaman/hibah luar negeri (lembaga multilateral/ bilateral/kredit
ekspor), biasanya disertai dengan rupiah pendamping Proyek BUMN/BUMD, yang
dibiayai oleh anggaran perusahaan sesuai dengan RKAP yang disetujui oleh Meneg
BUMN/Pemda.
Proyek Kerjasama Pemerintah-Swasta (Konsesi), yang dibiayai oleh modal
investor swasta, pinjaman perbankan/pasar modal domestik dan luar negeri. Peran
Pemerintah hanya memberikan dukungan untuk proyek yang kurang menarik minat
swasta, tetapi mempunyai kelayakan ekonomi yang tinggi.
CONTOH BANGUNAN INFRASTRUKTUR
JEMBATAN AMPERA
Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,
terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan
oleh Sungai Musi.
Struktur
·
Panjang : 1.117 m (bagian tengah 71,90
m)
·
Lebar : 22 m
·
Tinggi : 11.5 m dari permukaan air
·
Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah
·
Jarak antara menara : 75 m
·
Berat : 944 ton
·
Substructur (jembatan utama)
a. RC
box type abutmen
b. RC
pier (P1 dan P6)
c. RC
rigid
d. Frame
pier (P2-P5)
·
Pondasi Jembatan utama : tiang baja berbentuk H (300 x 305
x 15 m/m x 8 m)
·
Jembatan ampera mulai dibangun pada masa pemerintahan
Soekarno pada bulan Aplril 1962. Dananya berasal dari hasil pampasan perang
pemerintah Jepang sebesar ±US$ 7 juta (± Rp 2,5 miliar). Saat diresmikan pada
Mei 1965.
·
Kontraktor
utama pelaksana pembangunan Jembatan Ampera yaitu :
Fuji Car Manufacture
Co. Ltd.
Sub kontraktor
yang tercatat yaitu :
1. Fuji
Sharyo Co. Ltd (steel grider dan tower)
2. Obayashi
Gumi Co. Ltd (Pier 1 s/d 6 dan abutmen 1)
3. Fuji
Electric Seizo Co. Ltd (fasilitas listrik dan mekanikal)
4. P.N.
Hutama Karya dan P.N. Waskita Karya (jembatan dan pendekat/oprit)
- Pembangunan : 1962-1965
SEJARAH
dan PEMBANGUNAN
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD
Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala
itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno
yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat
sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya
sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang
terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar,
dan Gubernur Sumatera Selatan,H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota
Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.
Usaha
yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang
didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung
Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini
rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir,
yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat.
Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu.
Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan
penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD
4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan
jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari
Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang
Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara
tersebut.
Pada
awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan
Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI
pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga
Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Kesimpulan
Pembangunan infrastuktur memang sangat penting pada suatu
wilayah ataupun Negara. Karena bangunan infrastruktuer merupakan sebuah
penunjang bagi masyarkat demi memperlancar sebuah aktivitas. Dengan adanya
fasilitas seperti terminal, bandara, jembatan dan bangunan infrastuktur lainnya
maka akan meningkatkan perkembangan sosial dan kegiatan ekonomi wilayah.
Sumber:
https://mubawisata.wordpress.com/2011/04/23/jembatan-ampera-palembang/
http://www.kppu.go.id/id/blog/2010/07/kerjasama-pemerintah-dan-swasta-pada-sektor-infrastruktur/
https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Ampera
https://id.wikipedia.org/wiki/Infrastruktur